Jumat, 10 Maret 2017

Menarik Wisatawan dengan Potensi Multikultural

Diterbitkan di Rubrik Opini Harian Radar Tegal, 19 Januari 2017




Setiap tahun berbagai agenda tahunan baik pagelaran seni, budaya dan perayaan hari besar keagamaan dilaksanakan di Kota Tegal. Berbagai kegiatan yang menceminkan keragamaan masyarakat Kota Tegal tersebut tentu mengundang kedatangan masyarakat dalam jumlah yang banyak. Mereka bukan hanya berasal dari Kota Tegal dan sekitarnya, namun juga berasal dari kota-kota lain di Indonesia.

Agenda seni, budaya dan perayaan hari besar keagamaan sebagai tradisi Kota Tegal mencerminkan betapa multikulturalnya masyarakat Kota Tegal. Apalagi kota yang kini terang benderang di malam hari memiliki sistem religi yang sangat beragam meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan dan upacara keagamaan namun hidup dengan damai.

Sebab hal tersebut sesuai dengan gagasan multikulturalisme, yang beragam dalam hal etnis, budaya, agama dan sebagainya, tetapi bercita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan kebanggaan untuk membela pluralisme (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar). Sehingga berbagai agenda seni, budaya dan perayaan hari besar keagamaan dapat dilaksanakan seiring sejalan.

Agenda yang telah mentradisi tersebut antara lain ruwatan Pantai Alam Indah (PAI), sedekah laut oleh masyarakat nelayan Kota Tegal di pelabuhan Tegalsari, sedekah laut di Kelurahan Muarareja, Pawai Rolasan, Kirab Gotong Toa Pe Kong Perayaan Cap Go Meh di Klenteng Tek Hay Kiong sebagai kelanjutan perayaan Imlek, Haul Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad dan Haul Mbah Panggung.

Belum lagi berbagai kegiatan manaqib, pengajian akbar, istighosah yang biasanya diadakan rutin dalam rangka memperingati perayaan hari besar agama Islam seperti Isro Mi’roj, Maulid Nabi yang berlangsung di Masjid Agung maupun di Alun-alun kota Tegal atau digelar di tempat lain yang representatif dan kegiatan lainnya yang belum disebutkan.

Tujuan kedatangan mereka bukan hanya menjadikan agenda tersebut sebagai agenda wisata, sehingga mereka disebut wistawan, tetapi juga untuk berpartisipasi langsung merayakan agenda yang telah bertahun-tahun menjadi tradisi masyarakat kota yang dikenal dengan kesenian balo-balonya. Tentu harapannya mereka bukan hanya datang saat acara berlangsung kemudian langsung pulang kembali. Tetapi mereka dapat tinggal lebih lama di Kota Tegal sambil menikmati berbagai ragam kuliner khas Kota Bahari, berkunjung ke tempat wisata, wisata belanja produk-produk khas Kota Tegal dan lain sebagainya

Selain itu, diharapkan dengan kedatangan para wisatawan tingkat okupansi atau tingkat hunian hotel di Kota Tegal  akan naik dengan tinggal lebih lama. Apalagi Kota Tegal kini jumlah hotel yang beroperasi telah bertambah. Ada dua hotel yang secara berturut-turut telah resmi melayani tamu menginap yakni hotel di Jalan Mayjend Suyoto dan hotel di Jalan Gajah Mada. Kini ada 25 hotel di Kota Tegal dan sekitarnya yang telah terdaftar di salah satu situs yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel secara dalam jaringan (daring) terkenal di Indonesia.

Namun lihatlah kunjungan wisatawan asing di Indonesia usai kebijakan pemberian bebas visa kepada 84 negara satu tahun yang lalu. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ternyata jumlah kunjungan wisatawan pada bulan Februari 2016 naik signifikan. Jumlah kunjungan wisatawan asing pada bulan itu tercatat 888,3 ribu orang, meningkat 9,09 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meski jumlah turis meningkat, tetapi waktu kunjungan justru menurun. BPS mencatat, rata-rata turis hanya berkunjung selama 1,83 hari atau menurun 0,15 hari daripada Februari tahun 2015 yang disebabkan minimnya atraksi wisata di daerah-daerah tujuan. (radartegal.com/Sabtu, 2 April 2016).

Hal tersebut dilakukan oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bumi Blambangan itu. Menurutnya atraksi utama yang ditampilkan Banyuwangi adalah budaya lokal, budaya asli Banyuwangi yang semuanya “serbalokal” dan berbagai suguhan yang juga “serbalokal”.  Sepanjang tahun, sejak bulan Mei, ada festival. Pada tahun 2014 lalu ada 23 festival yang diselenggarakan dengan tema yang berbeda-beda. Dengan mengangkat tema festival yang berakar pada seni-budaya lokal, diharapkan masyarakat dapat menjaga nilai-nilai budaya yang menjadi perekat kehidupan sosial sekaligus identitas (beritasatu.com/Kamis, 27 November 2014).

Berkaca dari Kabupaten Banyuwangi, untuk itu perlunya dipersiapkan agenda-agenda yang bukan hanya mampu menstimulus jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga menstimulus lamanya waktu kunjungan, dengan menawarkan atraksi-atraksi menarik dalam setiap kegiataan wisata di Kota Tegal. Tentunya hal tersebut membutuhkan kreatifitas dan inovasi agar keberagaman masyarakat Kota Tegal yang menjadi potensi pariwisata dapat benar-benar di optimalkan dan dimaksimalkan. Baik dari segi keberagaman tradisi, budaya maupun keagamaan. 

Persiapan itu pun seyogyanya dilakukan jauh-jauh hari, mumpung masih diawal tahun. Sehingga dengan persiapan yang matang, diharapkan berbagai agenda dapat dilaksanakan scara maksimal pula. Persiapan bukan hanya dilakukan oleh masyarakat dan pelaku pariwisata, pemangku kebijakan dan stakeholder yang ada di Kota Tegal juga diharapkan bahu membahu dan bekerja sama sehingga dapat mewujudkan harapan bersama. 

Apalagi peran Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal tidak bisa dikesampingkan dalam mendukung keberlangsungan berbagai agenda tersebut. Bahkan Pemkot Tegal berupaya mendorong peningkatan kunjungan wisatawan dengan mengadakan berbagai event-event menarik. Contohnya dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota Tegal, telah menjadi tradisi bagi Pemkot Tegal mengagendakan berbagai festival-festival.

Seperti tahun 2016, Pemkot Tegal menggelar berbagai pesta rakyat, berupa pagelaran seni budaya serta kuliner. Seperti Festival Tegal Masa Lampau, Pesta Ponggol dan Aneka Masakan Telur Itik, Pagelaran Wayang Golek dan Tegal Pesisir Karnaval (TPK) yang pada tahun kemarin telah melaksanakan untuk kelima kalinya. Diharapkan di Hari Jadi Kota Tegal ke-437 tahun 2017, Pemkot Tegal dapat mengagendakan berbagai kegiatan dengan tema-tema menarik yang bukan saja menghibur masyarakatnya, tetapi juga mampu menjadi magnet minat wisatawan berkunjung.

Salah satu agenda tahunan yang segera dilaksanakan dalam waktu dekat ini yakni perayaan Imlek 2568/2017 yang jatuh pada tanggal 28 Januari 2017. Biasanya masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Tegal menggelar berbagai agenda di Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal yang menarik untuk dikunjungi. Sebab Kota Tegal menjadi rujukan dan masuk dalam 8 tempat yang tepat untuk merayakan Imlek di Indonesia karena selain memiliki kelenteng berusia ratusan tahun yang bernama Tek Hay Kiong, perayaan di Kota Tegal lebih ramai dibandingkan tempat lainnya. Karena Kelenteng Tek Hay Kiong mengundang kelenteng-kelenteng lain, bukan hanya dari sekitar Kota Tegal Tetapi dari Jakarta, Bogor, Bali dan daerah lainnya (loop.co.id).

Selain itu, perayaan Imlek di Kota Tegal juga di ramaikan oleh kedatangan saudara dan kerabat yang terpisah jarak untuk berkumpul bersama. Mereka yang merantau biasanya pulang kampung dan merayakan Imlek di Kampung halaman masing-masing. Sehingga tak mengherankan perayaan Imlek di Kota Tegal semakin meriah, bahkan mereka berkumpul dengan keluarga di Kota Tegal hingga perayaan Cap Go Meh. (*)



DAFTAR PUSTAKA
Jumlah Turis Naik, Lama Kunjungan Turun. (02 April 2016). Radartegal.com. Diakses dari 

Perayaan Imlek di Khong Mi Ao Makin Tegal. (21 Maret 2016). Hometown Jia xiang. Diakses dari 

8 Tempat yang Pas  untuk Merayakan Imlek di Indonesia. (2016). Loop.co.id. diakses dari 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar