Diterbitkan di Rubrik Opini Harian Radar Tegal, 19 Januari 2017
Setiap tahun berbagai agenda tahunan baik pagelaran seni,
budaya dan perayaan hari besar keagamaan dilaksanakan di Kota Tegal. Berbagai kegiatan
yang menceminkan keragamaan masyarakat Kota Tegal tersebut tentu mengundang kedatangan
masyarakat dalam jumlah yang banyak. Mereka bukan hanya berasal dari Kota Tegal
dan sekitarnya, namun juga berasal dari kota-kota lain di Indonesia.
Agenda seni, budaya dan perayaan hari besar keagamaan sebagai
tradisi Kota Tegal mencerminkan betapa multikulturalnya masyarakat Kota Tegal. Apalagi
kota yang kini terang benderang di malam hari memiliki sistem religi yang
sangat beragam meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup,
komunikasi keagamaan dan upacara keagamaan namun hidup dengan damai.
Sebab hal tersebut sesuai dengan gagasan multikulturalisme,
yang beragam dalam hal etnis, budaya, agama dan sebagainya, tetapi bercita-cita
untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan kebanggaan untuk membela
pluralisme (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar). Sehingga
berbagai agenda seni, budaya dan perayaan hari besar keagamaan dapat
dilaksanakan seiring sejalan.
Agenda yang telah mentradisi tersebut antara lain ruwatan
Pantai Alam Indah (PAI), sedekah laut oleh masyarakat nelayan Kota Tegal di
pelabuhan Tegalsari, sedekah laut di Kelurahan Muarareja, Pawai Rolasan, Kirab
Gotong Toa Pe Kong Perayaan Cap Go Meh di Klenteng Tek Hay Kiong sebagai
kelanjutan perayaan Imlek, Haul Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad dan Haul
Mbah Panggung.
Belum lagi berbagai kegiatan manaqib, pengajian akbar,
istighosah yang biasanya diadakan rutin dalam rangka memperingati perayaan hari
besar agama Islam seperti Isro Mi’roj, Maulid Nabi yang berlangsung di Masjid
Agung maupun di Alun-alun kota Tegal atau digelar di tempat lain yang
representatif dan kegiatan lainnya yang belum disebutkan.
Tujuan kedatangan mereka bukan hanya menjadikan agenda
tersebut sebagai agenda wisata, sehingga mereka disebut wistawan, tetapi juga
untuk berpartisipasi langsung merayakan agenda yang telah bertahun-tahun
menjadi tradisi masyarakat kota yang dikenal dengan kesenian balo-balonya.
Tentu harapannya mereka bukan hanya datang saat acara berlangsung kemudian langsung
pulang kembali. Tetapi mereka dapat tinggal lebih lama di Kota Tegal sambil
menikmati berbagai ragam kuliner khas Kota Bahari, berkunjung ke tempat wisata,
wisata belanja produk-produk khas Kota Tegal dan lain sebagainya
Selain itu, diharapkan dengan kedatangan para wisatawan
tingkat okupansi atau tingkat hunian hotel di Kota Tegal akan naik dengan tinggal lebih lama. Apalagi
Kota Tegal kini jumlah hotel yang beroperasi telah bertambah. Ada dua hotel
yang secara berturut-turut telah resmi melayani tamu menginap yakni hotel di
Jalan Mayjend Suyoto dan hotel di Jalan Gajah Mada. Kini ada 25 hotel di Kota
Tegal dan sekitarnya yang telah terdaftar di salah satu situs yang menyediakan
layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel secara dalam jaringan (daring)
terkenal di Indonesia.
Namun lihatlah kunjungan wisatawan asing di Indonesia usai
kebijakan pemberian bebas visa kepada 84 negara satu tahun yang lalu. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), ternyata jumlah kunjungan wisatawan pada bulan
Februari 2016 naik signifikan. Jumlah kunjungan wisatawan asing pada bulan itu
tercatat 888,3 ribu orang, meningkat 9,09 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Meski jumlah turis meningkat, tetapi waktu kunjungan justru menurun. BPS mencatat,
rata-rata turis hanya berkunjung selama 1,83 hari atau menurun 0,15 hari
daripada Februari tahun 2015 yang disebabkan minimnya atraksi wisata di
daerah-daerah tujuan. (radartegal.com/Sabtu, 2 April 2016).
Hal tersebut dilakukan oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas, untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bumi Blambangan itu. Menurutnya
atraksi utama yang ditampilkan Banyuwangi adalah budaya lokal, budaya asli
Banyuwangi yang semuanya “serbalokal” dan berbagai suguhan yang juga
“serbalokal”. Sepanjang tahun, sejak
bulan Mei, ada festival. Pada tahun 2014 lalu ada 23 festival yang
diselenggarakan dengan tema yang berbeda-beda. Dengan mengangkat tema festival
yang berakar pada seni-budaya lokal, diharapkan masyarakat dapat menjaga
nilai-nilai budaya yang menjadi perekat kehidupan sosial sekaligus identitas
(beritasatu.com/Kamis, 27 November 2014).
Berkaca dari Kabupaten Banyuwangi, untuk itu perlunya
dipersiapkan agenda-agenda yang bukan hanya mampu menstimulus jumlah kunjungan
wisatawan, tetapi juga menstimulus lamanya waktu kunjungan, dengan menawarkan
atraksi-atraksi menarik dalam setiap kegiataan wisata di Kota Tegal. Tentunya
hal tersebut membutuhkan kreatifitas dan inovasi agar keberagaman masyarakat
Kota Tegal yang menjadi potensi pariwisata dapat benar-benar di optimalkan dan
dimaksimalkan. Baik dari segi keberagaman tradisi, budaya maupun
keagamaan.
Persiapan itu pun seyogyanya dilakukan jauh-jauh hari, mumpung masih diawal tahun. Sehingga
dengan persiapan yang matang, diharapkan berbagai agenda dapat dilaksanakan
scara maksimal pula. Persiapan bukan hanya dilakukan oleh masyarakat dan pelaku
pariwisata, pemangku kebijakan dan stakeholder
yang ada di Kota Tegal juga diharapkan bahu membahu dan bekerja sama sehingga
dapat mewujudkan harapan bersama.
Apalagi peran Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal tidak bisa
dikesampingkan dalam mendukung keberlangsungan berbagai agenda tersebut. Bahkan
Pemkot Tegal berupaya mendorong peningkatan kunjungan wisatawan dengan
mengadakan berbagai event-event menarik. Contohnya dalam rangka memeriahkan
Hari Jadi Kota Tegal, telah menjadi tradisi bagi Pemkot Tegal mengagendakan
berbagai festival-festival.
Seperti tahun 2016, Pemkot Tegal menggelar berbagai pesta
rakyat, berupa pagelaran seni budaya serta kuliner. Seperti Festival Tegal Masa
Lampau, Pesta Ponggol dan Aneka Masakan Telur Itik, Pagelaran Wayang Golek dan
Tegal Pesisir Karnaval (TPK) yang pada tahun kemarin telah melaksanakan untuk kelima
kalinya. Diharapkan di Hari Jadi Kota Tegal ke-437 tahun 2017, Pemkot Tegal
dapat mengagendakan berbagai kegiatan dengan tema-tema menarik yang bukan saja
menghibur masyarakatnya, tetapi juga mampu menjadi magnet minat wisatawan
berkunjung.
Salah satu agenda tahunan yang segera dilaksanakan dalam
waktu dekat ini yakni perayaan Imlek 2568/2017 yang jatuh pada tanggal 28
Januari 2017. Biasanya masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Tegal menggelar
berbagai agenda di Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal yang menarik untuk dikunjungi.
Sebab Kota Tegal menjadi rujukan dan masuk dalam 8 tempat yang tepat untuk
merayakan Imlek di Indonesia karena selain memiliki kelenteng berusia ratusan
tahun yang bernama Tek Hay Kiong, perayaan di Kota Tegal lebih ramai
dibandingkan tempat lainnya. Karena Kelenteng Tek Hay Kiong mengundang
kelenteng-kelenteng lain, bukan hanya dari sekitar Kota Tegal Tetapi dari
Jakarta, Bogor, Bali dan daerah lainnya (loop.co.id).
Selain itu, perayaan Imlek di Kota Tegal juga di ramaikan
oleh kedatangan saudara dan kerabat yang terpisah jarak untuk berkumpul
bersama. Mereka yang merantau biasanya pulang kampung dan merayakan Imlek di
Kampung halaman masing-masing. Sehingga tak mengherankan perayaan Imlek di Kota
Tegal semakin meriah, bahkan mereka berkumpul dengan keluarga di Kota Tegal
hingga perayaan Cap Go Meh. (*)
DAFTAR PUSTAKA
Jumlah Turis
Naik, Lama Kunjungan Turun. (02 April 2016). Radartegal.com. Diakses dari
Perayaan
Imlek di Khong Mi Ao Makin Tegal. (21 Maret 2016). Hometown Jia xiang. Diakses
dari
8 Tempat
yang Pas untuk Merayakan Imlek di
Indonesia. (2016). Loop.co.id. diakses dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar